Edisi Minggu, 8 November 2020
Rasa kecewa, kesal, atau amarah pasti sering sekali ada pada keseharian kita, karena manusia mempunyai akal dan pikiran yang terkadang sulit untuk dikendalikan. Namun sayangnya, kita tidak memiliki kemampuan untuk menangkal perasaan-perasaan negatif yang timbul. Kita merasa kecewa karena rencana hidup yang telah disusun begitu rapi tidak berjalan sesuai rencana. Mungkin apa yang telah dirancang selama ini bubar karena cobaan yang datang. Sesuatu yang diimpikan dan diusahakan terpaksa gagal karena sebuah keadaan.
Sebagai manusia rasanya wajar bila kita merasa marah karenanya. Tidak akan ada yang menyalahkan karena itu semua. Maka dari itu untuk bisa merasa lebih positif diperlukan latihan di dalam keseharian kita. Yang perlu kita sadari bahwa rasa kecewa itu memang selalu ada, namun itu cara Tuhan membuat kita lebih kuat. Ingatlah selalu selama masih bernafas, rasa kecewa itu sangat manusiawi.
Jangan terlalu lama memendam kecewa selalulah berupaya prasangka positif apa yang terjadi kepada kita, akan lebih menentramkan dan membahagiakan. Meskipun tidak mudah untuk selalu bersyukur dan optimis.
Terkadang, rasa kecewa justru menjadi pengalaman yang dapat dijadikan sebuah pelajaran hidup. Dan yang perlu diingat, bahwa kita tidak sendirian yang pernah mengalami rasa kecewa. Pastinya semua orang pernah merasakan kekecewaan di dalam hidupnya. Serumit apa pun masalah hidup yang sedang kita alami di luar sana mungkin lebih banyak yang juga mengalami hal sama.
Jadi, perlu menerima rasa kekecewaan dalam hidup dengan lapang dada. Sebab tak semuanya dalam hidup ini harus didapatkan.
Sejatinya, manusia tidak ada yang sempurna. Selalu ada saja salah yang diperbuat dan muncul perasaan kecewa terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain. Hal itu lumrah, ini karena hidup tidak akan selalu bahagia dan berjalan mulus sesuai harapan.
Saat mengalami kekecewaan, kita perlu menentukan apa yang menjadi prioritas. Usahakan selalu fokus kepada hal-hal yang lebih bermakna dan menjadi tujuan hidup.
Perasaan kecewa di dalam hidup juga bisa muncul akibat interaksi dengan orang lain. Bisa karena dikhianati, dibohongi atau disakiti orang lain. Oleh karena itu, sebaiknya hindari menaruh harapan atau dendam terhadap orang lain. Sebab mengharapkan sesuatu pada orang lain akan membawa kekecewaan dan membuat hati lebih tersakiti.
Saat kecewa dengan hidup, sebenarnya kita perlu fokus pada pengembangan diri atau meningkatkan kualitas diri. Ini adalah usaha untuk memperkecil kemungkinan mendapatkan rasa kecewa.
Usahakan agar selalu bersyukur dan melanjutkan hidup dengan mengambil pengalaman sebagai pelajaran yang sangat berarti untuk memperbaiki kualitas diri.
Setelah mengetahui cara bijak untuk mengatasi rasa kecewa dalam hidup, kita pun bisa mempelajari keterampilan dalam mengelola harapan dengan menurunkan ekspektasi kepada orang lain adalah teknik untuk memperkecil kemungkinan dikecewakan.
Sekali lagi, kecewa itu adalah manusiawi baik dalam persahabatan, dalam lingkungan kerja, keluarga ataupun hubungan suami-isteri sekalipun, karena pada hakekatnya tidak ada manusia yang sempurna. Perbaiki komunikasi dan selalu berfikir positif untuk bisa memahami diri maupun orang lain sehingga kita bisa menerima ketidaksempurnaan itu dan meminimalkan kekecewaan di kemudian hari.