Rubrik Power of Mind Radar Bali : Menyadari Efek dari Jatuh Cinta
Edisi Minggu, 19 Juni 2022
Ditulis Oleh :
Santy Sastra (@santysastra)
Putu Suprapti Santy Sastra, SH., CHt., CI
Indonesia's Mindset Motivator
JATUH cinta adalah proses biologis yang sangat dipengaruhi oleh hormon, orang yang sedang jatuh cinta mungkin mengalami kesulitan dalam melakukan tugas dan pemecahan masalah. Hal ini dikarenakan mereka telah menghabiskan sebagian besar energi untuk memikirkan seseorang yang dicintainya.
Saat jatuh cinta, hormon dalam tubuh mengalami tiga hal sekaligus yaitu euforia (kebahagiaan yang meluap-luap), terancam, dan kelelahan.
Tim peneliti dari University of Pisa menemukan bahwa pada tahap awal dari hubungan asmara, aktivitas pemancar saraf bercampur aduk dan meningkat ketika dua orang tertarik satu sama lain. Akibatnya, bagian otak yang mengatur emosi pun menjadi kewalahan.
Selama fase euforia ini, efek relaksasi yang didapatkan dari hormon serotonin akan menurun, tergantikan dengan obsesi terhadap pasangan dan secara konsisten.
Penelitian dari University College London, Inggris menemukan penelitian menggunakan alat Magnetic Resonance Imaging (MRI) bagian otak mana saja yang aktif dan tidak aktif saat orang jatuh cinta.
Bagian yang bernama korteks frontal tidak aktif atau diistirahatkan oleh otak saat orang tersebut diberi foto atau gambar orang yang mereka cintai.
Konteks frontal di otak ini berfungsi membuat keputusan atau menilai suatu hal. Jika bagian otak tersebut tak aktif, seseorang akan sulit menilai hal tertentu, termasuk aksi yang dilakukan saat jatuh cinta.
Semir Zeki, peneliti sekaligus dosen neuro-estetika di University College London, Inggris, menyatakan kondisi tidak aktifnya bagian otak tersebut bertujuan untuk urusan biologis, kemungkinan untuk bereproduksi.
Ketika proses scan MRI berlangsung, bagian otak yang bertanggung jawab atas rasa takut dan emosi negatif pun ditemukan ikut tak aktif. Inilah yang menyebabkan seseorang happy terus dan tak takut salah saat jatuh cinta.
Dopamin atau zat kimia yang memainkan peran dalam rasa senang, sakit, keinginan, kecanduan dan euforia, kadarnya lebih tinggi pada otak orang yang sedang jatuh cinta.
Maka, ketika orang jatuh cinta dan melakukan aksi bodoh, ia akan tetap happy-happy saja. Hal ini disebabkan kadar dopamine meguasai di otaknya.
Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi., ada banyak penyebab ketika jatuh cinta, individu bisa bertindak bodoh, termasuk melakukan apa pun yang diminta pasangan.
“Penyebabnya karena orang tersebut selama ini tidak mendapatkan perhatian atau kasih sayang dari orang tuanya, sehingga kebutuhan afeksi sangat besar.
Afeksi adalah istilah psikologis yang digunakan untuk menjabarkan tentang suatu perasaan. Afeksi termasuk kebutuhan manusia untuk mendapatkan respons yang baik atau perlakuan hangat dari orang lain dalam bentuk kasih sayang dengan prinsip dasar perasaan untuk dicintai dengan unsur memberi dan menerima.
Orang yang sedang jatuh cinta menurut keilmuan Hipnosis adalah dominan pikiran bawah sadar yang kekuatannya sembilan kali lipat lebih dahsyat dari pikiran sadarnya, sehingga rasional sering dibutakan dengan perasaannya. Untuk menetralkannya maka dibutuhkan hipnoterapi dengan sugesti yang kuat.(*)